back

Welcome To Lilah Blog

Minggu, 24 April 2016

Aku lelah berpisah, aku tak tahu lagi jelasnya suatu arah. Memikirkan kata 'pisah’ seperti ada ketidakrelaan yang menggantung ditiap hurufnya.

Kepada yang masih ada di sudut pikirku,

Nada-nada pasrah dari kisah kita akhirnya menyerah. Katanya kita terlalu cepat mengakhiri sesuatu yang belum pantas berakhir, mereka tak ingin lagi mangkir dari garis takdir. Jika dulu kita lelah melanjutkan kisah, kini kita lelah berpisah. Saat ego mengijinkan kita terpisah, rasa yang dulu tersembunyi oleh gengsi bahwa kita masih saling mengingini kini semakin bertambah. Aku percaya, hadirnya jurang pemisah bukan tanpa suatu tujuan yang tidak beralasan. Itu mungkin hanya jeda yang melatih hati agar semakin dewasa. Agar kita sama-sama menjadi pemerhati yang peduli akan kondisi hati. Agar kita tahu seberapa besar cinta yang tersembunyi selama ini. Agar kita tahu selama apa hati telah absen mengungkapkan opininya sendiri.

Kita tidak akan pernah saling mencari lagi jika kita tidak benar-benar masih saling mengingini kan? Karena aku tahu, pada yang selain kamu hati tak bekerja sesempurna itu sebagai rumah untuk cinta. Karena kamu pun mengaku, pada yang selain aku rasa yang kau edarkan hanya sebatas rangkaian palsu. Kita pun sama-sama tahu, ada pekerjaan besar menunggu untuk melahirkan perbaikan-perbaikan bagi sebuah hubungan yang sempat kita sepelekan. Kita pun sama-sama tahu, kesempatan tidak datang dua kali pada yang berniat menyia-nyiakan.
Kita adalah dua anggota pasukan rasa yang melebur jadi satu nyawa. Untuk ketidakakuran yang sering kali menyakitkan, semoga pada detik berikutnya kedewasaan bisa mengalahkan. Mendahulukan hati, menomorduakan gengsi, dan menaruh urusan-urusan pribadi pada urutan yang kesekian. Aku tidak akan menaruh janji, aku tidak akan mengecap kata ‘selamanya’ pada garis edar hubungan kita. Aku tidak akan mempertanyakan pada Tuhan bagaimana nantinya akan berkelanjutan. Yang aku tahu, aku tak pernah memiliki rasa lelah untuk berpisah dengan sesiapa terkecuali kamu.


Aku lelah berpisah, aku tak tahu lagi jelasnya suatu arah. Memikirkan kata 'pisah’ seperti ada ketidakrelaan yang menggantung ditiap hurufnya. Aku masih memikirkan kelanjutan cerita kita.

Yang pernah jadi perempuanmu.

Kamis, 14 April 2016

Quotes.....

Pada setiap lelahmu, percayalah tak akan ada yang sia-sia. Pada setiap kerja keras yang kau kerahkan demi kebajikan, percayalah bahwa Tuhan tak pernah tega membiarkanmu berjalan sendirian. Dia bersamamu. Selalu.

Kamis, 07 April 2016

Sahabat,Aku ingin cerita Kita seperti kaset yang dapat berulang-ulang diputar kembali


 Semula, adalah pertemuan tak sengaja
Berbagi kata, bercerita, kemudian kita tertawa bersama di bawah langit yang kebiruan, dan kita mulai menyebut nama,  Kau dan aku, kini bersahabat
.



Banyak hari yang terlewati membawa jejak jejak cerita dalam hati kita ...
Sejak aku mengenal kalian , sejak hari itu tercipta satu cerita.
Mungkin kau pernah berkata "pemikiran kita tidak sama " ,
tetapi perbedaan itu membuat persahabatan kita semakin menyatu .




Terkadang kesibukan yang kita lewati bersama sangat melelahkan,
tetapi  rasa lelah itu hilang karena kebersamaan kita dan senyum kalian memberi warna dalam cerita kita.

 Pada saat itu di Jakarta , bersama kita lewati hari sebelum hari perpisahan . terbenamnya matahari , menjadi saksi pertemuan kita pada saat itu .



sahabat..
aku mengerti berkurangnya intensitas komunikasi kita, bukan karena kita tak lagi peduli. bukan pula karena kita saling benci.
aku mengerti mungkin karena kau dan aku tak dalam area yang sama lagi. kau dengan segala kesibukanmu, dan aku pun begitu.

Dan sahabat
Kita adalah perjalanan
Langkah kaki yang beriringan tanpa pernah memperdebatkan
Siapa di antara kita yang harus berjalan di depan
Langkah bersama, kadang di depan kadang di belakang
Tapi tak pernah meninggalkan.



 Langkah kaki kita memang tidak tidak lagi bersamaan , tetapi cerita kita tidak pernah hilang di dalam hati dan memori dunia . Biarlah kita ikuti arus cerita dunia ....
Aku akan ceritakan kepada dunia betapa kita pernah lewati suka duka kita ini bersama sebagai sahaba.
karena jika tidak ada sahabat , tidak akan ada persahabatan .


 

Rabu, 06 April 2016

Untukmu yang Terpisah Dariku dan Hidup Berbeda Kota. Bersabarlah, Jarak Ini Hanya Sementara

“Kita bakal baik-baik aja ‘kan? Kamu nggak akan lupa kasih aku kabar, ‘kan?”
“Hai, Sayang. Kamu tadi makan apa? Tugas kampus udah beres? Mau video call sekarang nggak?”
“Aku capek, pengen cerita. Coba ada kamu di sini…”
“Sayang.”
“Apa?”
“Kangen.”
Terpisah berkilo-kilometer jauhnya karena harus hidup berbeda kota, rutinitas yang kita miliki 180 derajat berlainan dari pasangan-pasangan lainnya. Untuk kita, tak ada kemewahan dalam wujud makan bersama setiap malam, atau jalan-jalan menjelajahi tempat baru di akhir pekan.

  Tak selamanya aku bisa berpikir baik. Ada saat di mana jarak membuatku cemburu, mencemaskan utuhnya perasaanmu. Kadang lebih mudah bagiku untuk menyerah pada keadaan. Jika bukan karena beberapa hal, mungkin aku tak akan sekuat sekarang.

Aku selalu menyimpan rindu. Hampir apapun kulakukan demi menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.

maxresdefault1


Selalu ada pesan manis darimu

Tahukah kau apa yang membuatku tersenyum? Bangun di pagi hari dan melihat lampu LED ponsel  Xiaomi-ku berkedip ungu. Tanpa melihatnya pun aku tahu, itu pesan darimu.
“Ayaaank bangun .” Kadang pesanmu sesingkat itu.
“Yaaaankk, banguuuun… PING!!~~”
Ah, betapa kau selalu berusaha ceria. Betapa kau selalu berhasil membuatku berkali-kali jatuh cinta.

Bagaimanapun, aku mesti berlapang dada. Ujian ini adalah demi masa depan kita bersama

Ini hanya untuk sementara
Ini hanya untuk sementara
Seperti tadi aku mengaku: aku selalu rindu. Namun aku pun tahu, bukan hubungan yang sehat namanya jika aku tak punya dunia selain dirimu. Itulah yang selalu kuputar di rongga kepala setiap waktu: dalam hari-hari di mana aku merasa rinduku sudah keterlaluan hebatnya. Paling tidak, aku masih punya banyak hal yang bisa kunikmati selagi kau tak ada di sini. Aku pun beruntung, dikelilingi teman-teman sejati.
“Elah, sendirian terus… Apa bedanya kamu sama jomblo kayak kita?”
Aku tertawa saja mendengar lawakan mereka. (Hei, jangan dikira aku tak bisa lagi tertawa!) Kau pun pasti senang mendengar keadaanku relatif baik-baik saja. Aku masih makan dengan lahap, belajar dengan giat, berkumpul dengan teman-teman hingga lupa waktu dan mentari pagi yang mengingatkanku.
Perpisahan ini sementara. Kita lakukan demi masa depan yang lebih baik untuk berdua. Kau selalu berkata, “Aku “meninggalkanmu” bukan untuk bersenang-senang sendiri.” Kau bekerja tanpa lelah, mengejar ambisi. Aku pun berusaha begitu: menyibukkan diri dalam proyek-proyek pribadi serta hobi agar setiap waktuku di sini tak terbuang tanpa arti.

Berjanjilah untuk selalu percaya. Jarak ini bukan apa-apa dibandingkan masa yang sudah menanti kita berdua

Ini hanya sementara. Sebentar, saja
Ini hanya sementara. Sebentar, saja
Beratnya hari-hari yang kita lalui saat ini bukannya tanpa balasannya. Andai kita berlapang dada — sedikit lagi saja — pengorbanan kita sekarang tak akan sia-sia. Aku berjanji; dan semoga kau memercayainya.
Ingatkah saat aku dulu pertama kali memintamu menjadi yang ada dalam doaku? Hingga sekarang, aku tak pernah merasa salah telah memilihmu. Kau yang baik hati dan setia. Kau yang sepenuh hati mengejar cita-cita, kau yang selalu ceria. Kau yang membuatku menjadi aku yang seutuhnya.
Jarak kita sekarang bukan apa-apa dibandingkan masa depan yang kita punya bersama. Sebelum terlalu lama, kita akan bertemu lagi. Dan ada saatnya nanti, di masa yang akan datang, aku tidur tak lagi ditemani boneka darimu , namun hangatnya tubuhmu. Kita tak akan mengucapkan selamat tinggal — hanya selamat malam.
Sebelum waktu itu tiba, kita harus bahagia dengan apa yang ada.
Dariku,
Yang setiap pagi menanti pesan baru darimu