Kepada yang masih ada di sudut pikirku,
Nada-nada pasrah dari
kisah kita akhirnya menyerah. Katanya kita terlalu cepat mengakhiri
sesuatu yang belum pantas berakhir, mereka tak ingin lagi mangkir dari
garis takdir. Jika dulu kita lelah melanjutkan kisah, kini kita lelah
berpisah. Saat ego mengijinkan kita terpisah, rasa yang dulu tersembunyi
oleh gengsi bahwa kita masih saling mengingini kini semakin bertambah.
Aku percaya, hadirnya jurang pemisah bukan tanpa suatu tujuan yang tidak
beralasan. Itu mungkin hanya jeda yang melatih hati agar semakin
dewasa. Agar kita sama-sama menjadi pemerhati yang peduli akan kondisi
hati. Agar kita tahu seberapa besar cinta yang tersembunyi selama ini.
Agar kita tahu selama apa hati telah absen mengungkapkan opininya
sendiri.
Kita tidak akan pernah saling mencari lagi jika kita
tidak benar-benar masih saling mengingini kan? Karena aku tahu, pada
yang selain kamu hati tak bekerja sesempurna itu sebagai rumah untuk
cinta. Karena kamu pun mengaku, pada yang selain aku rasa yang kau
edarkan hanya sebatas rangkaian palsu. Kita pun sama-sama tahu, ada
pekerjaan besar menunggu untuk melahirkan perbaikan-perbaikan bagi
sebuah hubungan yang sempat kita sepelekan. Kita pun sama-sama tahu,
kesempatan tidak datang dua kali pada yang berniat menyia-nyiakan.
Kita adalah dua anggota pasukan rasa yang melebur jadi satu nyawa. Untuk
ketidakakuran yang sering kali menyakitkan, semoga pada detik
berikutnya kedewasaan bisa mengalahkan. Mendahulukan hati, menomorduakan
gengsi, dan menaruh urusan-urusan pribadi pada urutan yang kesekian.
Aku tidak akan menaruh janji, aku tidak akan mengecap kata ‘selamanya’
pada garis edar hubungan kita. Aku tidak akan mempertanyakan pada Tuhan
bagaimana nantinya akan berkelanjutan. Yang aku tahu, aku tak pernah
memiliki rasa lelah untuk berpisah dengan sesiapa terkecuali kamu.
Aku lelah berpisah, aku tak tahu lagi jelasnya suatu arah. Memikirkan
kata 'pisah’ seperti ada ketidakrelaan yang menggantung ditiap hurufnya.
Aku masih memikirkan kelanjutan cerita kita.
Yang pernah jadi perempuanmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar